25 Jan 2018

Hari Gizi Nasional; Alarm untuk Sadar, Gizi Itu Penting!


Oleh Syahrir Hakim
SEORANG anak usia bawah lima tahun (Balita) tampak lemas di pangkuan ibunya. Badannya kurus, otot mengecil, perut membuncit, dan kulit kering mengeriput. Balita itu menderita gizi buruk.

Derita seperti inilah yang melanda sebagian balita di Kabupaten Asmat dan Bintang, Provinsi Papua. Akibatnya, puluhan dari balita itu meninggal. Pemerintah setempat kini sementara berupaya mengatasi derita yang sedang dialami anak-anak rakyatnya.

Permasalahan gizi yang dihadapi negara kita akan berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Permasalahan gizi yang dimaksud antara lain kegagalan pertumbuhan
ada awal kehidupan.

Balita seperti itu rendah berat badannya waktu lahir, pendek, dan kurus. Kondisi ini akan berdampak pada pertumbuhan selanjutnya. Anak yang kekurangan gizi nantinya akan mengalami hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan, sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas di masa dewasa.

Hari ini (25 Januari), bertepatan dengan Hari Gizi Nasional (HGN). HGN bukanlah termasuk hari-hari besar nasional yang ditetapkan oleh presiden. Tetapi hari yang ditetapkan atau disepakati oleh lembaga bersangkutan.

Namun demikian, HGN bukanlah sekadar momentum. Tetapi sesungguhnya hari ini adalah sebagai bentuk peringatan, bahwa gizi turut berperan penting dalam kehidupan kita. Peringatan hari ini sebagai alarm untuk sadar bahwa gizi itu penting!

Sebagai makhluk hidup, tentu tak bisa lepas dari makanan. Makanan yang dikonsumsi pun tidak asal makanan. Akan lebih baik jika makanan yang bergizi. Selain untuk menunjang keberlangsungan hidup, makanan bergizi pun berguna sebagai penunjang kesehatan. Selain itu, dapat berpengaruh pada perkembangan organ vital terutama pada masa kehamilan.

Jika kita mengonsumsi makanan yang bergizi tentu penyakit pun bisa diatasi. Terlebih penyakit yang sering dialami masyarakat di zaman now. Penyakit terkait perilaku dan pola makan yang kurang baik seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes melitus.

Kembali kepada momen HGN. Menurut sumber, HGN pertama kali diadakan oleh Lembaga Makanan Rakyat (LMR) pada pertengahan tahun 1960-an. Dilanjutkan oleh Direktorat Gizi pada tahun 1970-an hingga sekarang.

Kegiatan tersebut diselenggarakan untuk memperingati dimulainya pengkaderan tenaga gizi Indonesia. Ditandai berdirinya Sekolah Juru Penerang Makanan pada 26 Januari 1951 oleh Prof Poorwo Soedarmo.

Sejak saat itu, pendidikan tenaga gizi terus berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Di kemudian hari disepakati bahwa HGN ditetapkan setiap tanggal 25 Januari.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI dr Anung Sugihantono M.Kes mengatakan, dengan momentum HGN ke-58 hari ini, kita dapat bersama-sama melakukan langkah strategis.

Memperbaiki status gizi masyarakat dengan menurunkan stunting, sebagai investasi bangsa untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi di dunia global.

Dia pun berharap, kiranya peringatan Hari Gizi Nasional ke-58 tahun 2018 dapat menghasilkan komitmen dan kolaborasi seluruh elemen bangsa untuk bekerja bersama mencegah stunting demi mencapai bangsa Indonesia yang sehat dan sejahtera.

Stunting, terjadi karena kekurangan gizi kronis. Penyebabnya, kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, sehingga mengakibatkan kegagalan pertumbuhan, dan kurangnya kemampuan kognitif. Balita tidak berkembang maksimal dan mudah sakit.

Dalam rangka menurunkan angka stunting di Indonesia, masyarakat perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi dan kesehatan bagi ibu hamil dan anak balita. Oleh karena itu, saat ini pemerintah dan seluruh masyarakat diharapkan dapat bekerja bersama secara terintegrasi untuk mencegah stunting, dengan fokus pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Periode 1.000 HPK yang dimulai sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun adalah masa kritis yang menentukan masa depan seorang anak. Dampak buruk kekurangan gizi pada periode 1.000 HPK akan sangat sulit diperbaiki. (**)