4 Sep 2019

Bikers yang Takut Kena Petaka Setelah Menabrak "si Manis"



HATI-HATI saat berkendara. Sebab, risiko kecelakaan pasti ada. Semisal menyerempet kendaraan lain atau menabrak orang. Tak hanya itu, hewan pun terkadang turut menjadi korban tabrakan. Salah satu hewan yang sering tertabrak para pengendara adalah "si Manis" alias kucing.

Teman saya seorang bikers, Adi namanya. Dia merasa takut atas kejadian yang pernah dialami. Suatu malam dia mengendarai motor Honda PCX 150 tahun 2018. Di satu tikungan, dengan kecepatan 60 Km/jam, secara tiba-tiba seekor kucing melesat. Sebelum tiba di seberang, kucing itu tergilas ban motor Adi. "Si Manis" tewas di atas aspal.

Adi mungkin percaya dengan mitos yang sering didengar di masyarakat. "Siapa saja yang menabrak kucing, maka ia akan tertimpa kesialan". Benarkah itu? Entahlah. Sudah sejak
zaman baheula, sebagian orang mengatakan, jika menabrak kucing hingga tewas, akan menyebabkan kesialan pada diri penabrak. Hingga kini, mitos kuno itu masih dipercaya banyak orang. Termasuk Adi mungkin.

Adi percaya hal itu tanpa mengetahui apa alasan atau fakta yang sebenarnya jika menabrak kucing. Hanya mendengar dari orang-orang yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan omongannya. Lalu bagaimanakah pandangan Islam terkait mitos tersebut?

Sesungguhnya, kucing memang merupakan hewan kesayangan Rasulullah SAW. Dalam riwayat, Rasulullah SAW memiliki seekor kucing yang diberi nama Muezza. Rasulullah SAW senang menggendong muezza dan meletakkan di pahanya setiap kali menerima tamu di rumah.

Bahkan Rasulullah SAW pernah berpesan kepada para sahabat bahwa kucing hendaknya disayangi seperti menyayangi keluarga sendiri. Sebab, Allah akan memberikan pahala apabila umat Islam yang menyayangi dan memelihara kucing.

Lalu bagaimana hukumnya jika menabrak kucing? Rupanya, menabrak kucing dengan tidak sengaja, maka penabrak tidak tidak akan menanggung risiko apapun. Sebagaimana firman Allah SWT, “Tidak ada dosa bagi-mu untuk perbuatan yang kamu tidak sengaja, tetapi (yang ada dosa) apa yang disengaja oleh hatimu.” (QS. al-Ahzab: 5)

Dari ayat ini, dapat disimpulkan, jika Anda menabrak "si Manis" hingga mati tanpa sengaja karena tidak dapat menghentikan kensaraan secara mendadak, maka Anda tidak berdosa. Sebaliknya, Anda berdosa jika dengan sengaja membunuhnya tanpa ada alasan yang bisa dibenarkan.

Meskipun demikian, orang yang menabrak kucing hendaknya menguburkan kucing tersebut sebagaimana layaknya. Tujuannya, agar bangkai kucing tersebut tidak mengganggu orang lain. Selain itu, jika pemilik kucing keberatan, maka Anda wajib menanggung ganti rugi kepada pemiliknya.

Perlu pula diketahui, agar tidak menganggap semua yang terjadi pada diri kita, karena kucing yang mati tergilas ban motor. Ini bisa menjadikan kita syirik, karena menganggap kucing sebagai pembawa bencana. Padahal semua yang terjadi di muka bumi ini atas izin Allah SWT.

Akhirnya Adi sang Bikers itu, mulai paham. Sambil merapatkan kedua telapak tangan di dadanya, menarik napas panjang, dia berujar, "Alhamdulillah perasaan saya sudah tenteram setelah mengetahui semua itu". (syahrir hakim)

3 Sep 2019

Ikrarnya Orang-orang "Pilihan"



SETELAH mengucapkan sumpah dan janji secara bersama-sama, orang-orang "pilihan" itu berhak menyandang predikat sebagai anggota DPRD.

Dalam agama, sumpah adalah menguatkan sesuatu dengan menyebutkan nama Allah. Sedangkan janji diartikan sebagai ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu.

Sumpah dan janji yang diucapkan anggota DPRD Kota Parepare dan di beberapa kabupaten dan kota, dimaknai sebagai kesanggupan dan kesediaannya melaksanakan kewajibannya sebagai wakil rakyat.

Setelah mengucapkan sumpah dan janji, maka resmilah memangku jabatan sebagai
anggota DPRD periode 2019-2024. Sebagai masyarakat awam menaruh harapan agar wakil rakyat yang baru dilantik benar-benar melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya bernapaskan sumpah dan janjinya.

Selain itu, anggota DPRD diharap peka akan nasib rakyat. Menerima saran dan kritik demi kemajuan pembangunan daerah yang bermuara kepada kesejahteraan masyarakat.

Soal kritikan terhadap anggota dewan yang terhormat itu, sebuah laman saya kutip mencontohkan. Seorang seorang pelajar mendapatkan hadiah Vespa plus uang tunai Rp25 juta, setelah mengkritik anggota DPR. Nasib mujur dialami pelajar STM II Palembang bernama Aji Pratama itu. Usai mengkritik anggota dewan, malah dapat hadiah.

Ledekan atau kritikan Aji itu dilakukan di hadapan para anggota DPR RI di lobi Gedung Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, tahun lalu. Itu pun merupakan bagian dari lomba stand up comedy yang digelar para pejabat Senayan dengan tema Kritik DPR.

Aji mengatakan, dirinya yang kerap bolos, tidur di kelas, dan memotong biaya SPP memiliki sifat yang sama dengan para anggota DPR. Setidaknya ucapan Aji itu dilakukan di gedung DPR RI serta di hadapan para anggota DPR dari berbagai partai.

Berikut ini beberapa kutipan ucapan Aji yang membuat para penonton tertawa. “Gimana gitu, aku sama DPR, kita itu satu fashion, satu lifestyle. Pokoknya kalian itu panutankulah,” ucap Aji langsung disambut tawa.

“Ada anggota DPR suka korupsi, aku juga korupsi, korupsi duit SPP. Cuma bedanya kalau ketahuan. DPR kalau ketahuan korupsi dipenjara, enak. Aku waktu itu pernah ketahuan korupsi Rp100 ribu dipukul sampai nangis,” kata Aji membuat para anggota DPR tertawa terbahak-bahak.

Menanggapi hal itu, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menyatakan, lomba stand up comedy yang bertajuk ‘Kritik DPR’ justru sengaja dilakukan karena anggota DPR butuh kritikan, bukan anti-kritik. “Maka kami memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menyampaikan kritiknya,” ujar pria yang akrab disapa Bamsoet.
(syahrir hakim)

1 Sep 2019

Gaya Milenial Memaknai Hijrah


Oleh Syahrir Hakim

HIJRAH bermakna keluar dari tempat yang buruk menuju tempat yang baik, sebagaimana hijrahnya Rasulullah SAW bersama para sahabat dari Makkah menuju Madinah. Allah bahkan telah menyediakan tempat dan sarana berhijrah secara gratis kepada makhluk-Nya, tinggal bagaimana menyikapinya.

Di era ini, semua akses bisa dijangkau dengan mudah. Mulai dari transportasi, tempat tinggal, komunikasi, hingga media dakwah. Dengan kemudahan akses-akses tersebut, tentunya kita lebih bersemangat dalam berhijrah. Sepatutnya sebagai seorang muslim, kita harus memanfaatkan teknologi canggih itu untuk sarana berhijrah.

Hijrah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah perpindahan Nabi Muhammad SAW bersama sebagian pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Hal itu dilakukan untuk menyelamatkan diri dari tekanan kaum kafir Quraisy Makkah.

Definisi lain, yaitu berpindah atau menyingkir untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain yang lebih baik dengan alasan tertentu (demi keselamatan dan kebaikan).

Adapun hijrah yang saat ini dimaknai para generasi milenial lebih pada perubahan sikap, gaya hidup dan tata cara berpakaian sesuai syariat Islam. Hijrah dalam perspektif yang baru dimaknai lebih personal, yakni perpindahan dari diri dengan segala masa lalu buruknya ke diri yang baru dan fitrah.

Hijrah ala generasi milenial tak mengharuskan Anda untuk meninggalkan suatu tempat. Pindah. Tetapi yang harus Anda lakukan adalah mengubah sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntunan Islam.

Gaya hijrah generasi milineal identik dengan perubahan signifikan terhadap cara berpakaian. Sebelumnya, mereka ramai-ramai mengenakan jeans dan pakaian ketat. Kini berubah menjadi lebih syar’i, dengan kerudung panjang dan lebar menutupi dada dan baju yang longgar, bahkan bercadar. Sedangkan laki-laki cenderung memanjangkan jenggot dan memendekkan celananya di atas mata kaki.

Konten-konten yang mereka bagi di media sosial pun cenderung sama. Ceramah singkat ustaz-ustaz yang sedang naik daun di media sosial seperti Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Khalid Basalamah, Ustaz Hanan Attaqi, dan Ustaz Abdul Somad.

Konten lain berupa kata-kata motivasi untuk memperbaiki diri agar jodohnya dipercepat. Motivasi untuk menjauhkan diri dari pacaran, termasuk konten-konten yang menyerukan untuk melakukan nikah muda.

Indikasi yang paling mudah dilihat, khususnya bagi para perempuan yang sedang memulai hijrahnya adalah terhapusnya foto-foto selfie yang menampakkan wajah ayu mereka. Jikalau ingin mengunggah foto selfie, mereka akan menutupi wajah mereka dengan tangan atau meletakkan emoticon sedemikian rupa.

Tujuannya, wajahnya tidak terekspos dengan sempurna. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini bahwa wajah adalah aurat yang harus ditutupi. Bukan diumbar dan menjadi konsumsi warganet.

Ada beragam motivasi berhijrah. Seperti kegagalan dalam percintaan. Diputusin atau diselingkuhi oleh sang pacar. Merasa terluka. Akhirnya mendekatkan diri kepada Allah SWT, berharap agar segera mendapatkan ganti dengan jodoh baru yang lebih baik.

Ada pula yang memandang hijrah sebagai tren, untuk menguatkan dirinya sebagai generasi kekinian yang Islami. Mereka ikut berhijrah. Namun, ada juga yang memang sungguh-sungguh dari awal ingin memperbaiki diri. Ini karena kesadaran dari dalam diri. Bukan dipengaruhi oleh kegagalan percintaan di masa lalu atau ikut tren belaka.

Ketika memutuskan berhijrah, mereka perlahan menarik diri dari pergaulan dan gaya hidup yang tidak bernapaskan Islam. Hal ini karena esensi hijrah yang memang erat kaitannya dengan nilai-nilai religius.

Selain cara berpakaian, mereka pun menghindari penggunaan bahasa Inggris dalam interaksi di media sosial. Istilah seperti goodluck, Get well soon, Thank you dan lainnya dicarikan padanannya ke dalam bahasa Arab. Itu karena identitasnya sebagai “bahasa umat Islam”. Idola mereka pun berpindah haluan kepada para hafiz dan tokoh-tokoh Islam.

Bagi mereka yang dahulunya sangat terobsesi dengan pesona artis, seorang k-popers, dan gemar belanja online, tiba-tiba timbul kegalauan saat ingin berhijrah.

Meskipun sebenarnya sah-sah saja menyukai artis korea dan belanja online. Tetapi mereka yang berhijrah merasa bahwa gaya hidup semacam itu tidak matching dengan apa yang sedang mereka jalani. Kenapa? Sebab sekali lagi, hijrah dan gaya hidup Islami adalah kesatuan yang utuh.

Menyadari kepedulian generasi milenial yang baru berhijrah, media sosial akhirnya memanfaatkan kesempatan ini. Menjadikan akun-akun yang beratmosfer hijrah, tidak hanya untuk memberikan tuntunan dan motivasi berhijrah yang benar, tetapi juga sebagai sarana untuk berjualan. Tak jarang, akun-akun hijrah tersebut mengunggah gambar produk seperti gamis syar’i, satu set kerudung dan cadar, kaos, serta buku.

Untuk meningkatkan daya tarik, biasanya produk tersebut dipromosikan (endorse) oleh selebgram yang juga melakukan hijrah yang sama. Mereka akhirnya memiliki ruang untuk menyalurkan hasrat belanja.

Semakin kuatlah gaya busana khas para penghijrah yang modis nan syar’i. Begitulah, perkawinan antara agama dan komodifikasi tak bisa dinafikkan sebagai alasan mengapa hijrah ala generasi milenial sangat digandrungi.

Akhirnya, hijrah generasi milenial tidak hanya memindahkan gaya hidup yang dulu ke gaya hidup yang sekarang. Tetapi juga bagian dari fenomena sosial yang memperkuat identitas sebagai generasi milenial versi syariah. (dari beberapa sumber)

24 Agu 2019

Dapat Potongan Tumpeng Setelah 19 Tahun Berkarya




LANTUNAN zikir dan Surah Yasin menggema di ruang redaksi lantai 3 Kantor Harian PARE POS. Sore itu, keluarga besar Harian PARE POS duduk bersimpuh di atas karfet pinjaman dari  masjid depan kantor. Bersama sejumlah anak panti asuhan membaca Surah Yasin diimami ustaz  dari pesantren.

Surah Yasin, zikir, dan doa itu dibacakan dalam rangka memperingati Milad ke-19 Harian PARE POS. Meskipun dilaksanakan secara sederhana, namun khidmatnya lebih terasa. Ada beda  peringatan hari lahir PARE POS dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun lalu, hari lahir koran lokal terbesar di Utara Sulsel ini diperingati di hotel berbintang.

Yang diundang pun pejabat tinggi mulai dari Gubernur Sulsel, Bupati/Walikota di wilayah edar Harian PARE POS. Sejumlah sumber berita, relasi dan pelanggan serta pembaca setia PARE POS turut hadir memberi support.

Serasa malam itu bertabur penghargaan bagi karyawan, wartawan, biro, agen yang berprestasi. Begitu pula sumber berita dan langganan serta pembaca yang setia mengikuti perkembangan informasi di Harian PARE POS. Meskipun saya tidak termasuk deretan penerima penghargaan, tetapi ada rasa bangga menyaksikan penyerahan penghargaan itu.

Peringatan milad kali ini (Senin, 19 Agustus 2019) berlangsung sederhana. Direktur PARE POS menyarankan, cukup di ruang redaksi saja. Kata dia, akan lebih terasa khidmatnya. Lebih khusyu' jika kita bersimpuh menengadahkan kedua telapak tangan sambil berzikir dan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Doa untuk kemajuan perusahaan, untuk keselamatan bersama, dan untuk kesejahteraan bersama.

Dalam momen ini, saya sempat menjadi pusat perhatian. Mengapa, karena di saat pemotongan nasi tumpeng, direktur sempat bertanya "untuk siapa ini?". Maksudnya potongan nasi tumpeng itu diserahkan kepada siapa. Sejumlah teman masing-masing menyebut nama. Tetapi Direktur PARE POS akan menyerahkan potongan tumpeng itu kepada karyawan yang paling senior. Sambil melirik saya, Direktur HM Harun Hamu mengatakan, "Yang paling lama".

Geeeer, hampir bersamaan teman-teman (karyawan, pen) menyebut nama saya. Ini sejarah bagi saya. Sejarah di kehidupan saya sebagai karyawan Harian PARE POS di bawah naungan PT Ajatappareng Press Intermedia. Betapa tidak, saya menerima sepiring potongan nasi tumpeng dari Direktur Harian PARE POS HM Harun Hamu setelah 19 tahun berkarya.

Selama mengabdi di media cetak ini, tidak tanggung-tanggung. Banyak jalan mulus yang dinikmati. Tapi tidak sedikit hambatan di jalan menurun. Tanjakan serta jalan kerikil pun terkadang dilewati. Demi pengabdian yang dimulai dari Layouter, Wartawan, Redaktur, Koordinator Liputan (Korlip), hingga sekarang ini Sekretaris Redaksi.

Karya kolektif itu, saya anggap maha besar. Saking besarnya, saya pernah menempel selembar kertas di depan pintu ruangan kerja dengan tulisan, "Di dalam ruangan kecil ini tercipta karya besar". Di dalam ruangan itulah kami bergelut setiap hari dari pagi ke siang hingga malam, untuk menerbitkan sebuah koran yang berisi informasi bagi pemerintah dan masyarakat.

Terima kasih kepada pimpinan yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan kesempatan berkarya serta berinovasi. Terima kasih pula kepada teman-teman di Redaksi, Iklan, Sirkulasi, dan Keuangan atas kerja samanya selama ini. Koran yang terbit setiap hari merupakan karya bersama teman-teman. (**)

27 Jul 2019

Transaksi ATM Gagal, Tapi Saldo Berkurang


Costumer Bank BRI Kantor Cabang Parepare, saat melayani nasabah.
BAGAIMANA perasaan Anda ketika ingin menikmati weekend, tapi isi dompet menipis. Padahal tabungan ATM masih terisi, tapi tidak bisa ditarik. Itulah yang saya alami Sabtu dua pekan lalu (20/7).

Ceritanya begini. Siang itu, saya ke anjungan tunai mandiri (ATM) Bank Mandiri. Sebelum masuk ke ruang ATM, saya mendengar kalau hari itu Bank Mandiri terjadi error.

Siaran TV memberitakan, sejumlah nasabah bank tersebut kaget, setelah mengetahui saldo tabungannya berkurang, ada pula nasabah justru tabungannya bertambah.

Setelah mengetahui semua itu, saya menuju ATM BRI di Jalan Hasanuddin, Parepare. Dua kali saya melakukan transaksi tapi gagal terus. Saya pindah ke ATM BRI cabang di Jalan Ribura'ne. Transaksi yang saya lakukan lagi-lagi gagal.

Apa boleh buat dengan modal lima ribu rupiah uang di dompet, saya nekat masuk warung kopi (Warkop) langganan saya. Pesan satu gelas teh tarik. Untuk pertama kalinya saya ngutang di warkop tersebut.

Jam tangan saya menunjukkan angka 13.30. Baru sekitar sepuluh menit duduk menikmati hangatnya teh tarik, ada SMS masuk. Ternyata pemberitahuan dari BRI PENARIKAN TUNAI ATM. "Lha, koq bisa seperti ini, transaksi gagal, tapi ada penarikan tunai," benak saya bertanya demikian.

Saya pun beranjak meninggalkan minuman yang tinggal setengah gelas. Langsung mengecek saldo. Benar, saldo berkurang. Saya melaporkan hal itu ke security yang sedang bertugas siang itu.
Setelah diprint penarikab terakhir, benar jika ada penarikan sejumlah tersebut. Saya disarankan melaporkan ke Kantor Cabang BRI hari Senin, dengan membawa Buku Tabungan, Kartu ATM, dan KTP.

Hari Rabu (24/7) baru sempat melaporkan kejadian itu ke Kantor Cabang BRI Parepare. Melalui Costumer Service 1, saya diterima Bu Fitry. (Entah istri orang atau masih perawan, saya tidak tanya).

Setelah tanya ini itu, Kartu Tabungan, Kartu ATM, dan KTP difotocopy, disarankan menunggu pemberitahuan melalui notifikasi SMS. "Kami berharap sabar menunggu proses selama 10 hari kerja," begitu saran bu Fitry.

Jumat malam (26/7) sekitar pukul 19.30 kembali menikmati suasana Warkop langganan saya. Seruput demi seruput minuman hangat, terdengar notifikasi SMS. Saya buka, ada transaksi kredit. Setelah meninggalkan warkop, saya ke ATM mengecek benar tidaknya transaksi itu. Ternyata benar BRI telah mengembalikan uang saya di ATM. terima kasih BRI.


Parepare, 27 Juli 2019

10 Mei 2019

Penelepon Itu, Sok Kenal


Ilustrasi
SORE itu saya lagi mengerjakan tugas rutin di kantor. Tiba-tiba telepon saya berdering. Meski nomor yang masuk itu (081396148846) asing bagi saya, tapi tetap saya angkat.

Saya sambut dengan salam dan menanyakan dari siapa. Penelepon tidak langsung menjawab, dengan menyebut nama. Dia hanya mengatakan, jika baru saja ganti nomor. 

Selanjutnya, dia menyebut nama saya dan menanyakan apakah saya sudah lupa dengannya. "Baru saja saya mau minta tolong, sudah nalupa maki," begitu kata di ujung telepon dengan logat Bugis.

Malah saya disuruh mengingat-ingat siapa teman saya polisi di Polres Parepare. Seingat saya tidak ada satupun polisi di Kota Parepare yang akrab dengan saya. 

"Coba ingat-ingat pak Syahrir siapa temannya polisi," kata si penelepon. Saya tanya, di Polres mana pak. "Parepare," jawabnya. 

Di saat saya dilanda rasa penasaran. Saya cari aman. HP saya letakkan di meja tanpa menghiraukan lagi apa kata dia. Lama kelamaan tak ada lagi suara dari sana. Dalam benak saya, modus lagi.

Dua jam kemudian saya hubungi WA teman jurnalis yang posting di Mapolres Parepare. Minta dichek nomor HP yang mengaku anggota Polres Parepare. Besoknya, saya terima balasan WA dari teman tadi, bahwa tidak ada anggota Polres tersebut yang memiliki nomor HP yang dimaksud. Ternyata betul, modus apa lagi yang akan dilancarkan. Entahlah.

Hati-hati bila Anda menerima telepon seperti itu. Dengan nada sok kenal, meski tahu betul nama lengkap Anda. Bisa saja oknum tersebut melancarkan aksinya dengan modus yang ada di benaknya. (**)

4 Mei 2019

Ketika Watshapp Saya Dihacker


Ilustrasi
PERNAH kah Watshapp (WA) Anda dikuasai orang yang tidak bertanggungjawab? Bahasa kerennya, diretas atau dihack? Jika pernah bagaimana perasaan Anda ketika itu? Begitu pula yang saya rasakan saat itu.

Rabu malam (1/5) jelang Ramadan, saya komunikasi lewat messenger dengan seseorang yang belum saya kenal baik. Saya butuh sesuatu produk. Dia bersedia membantu saya. Lantas dia minta nomor WA saya. Langsung saya kirimkan. 

Esoknya, Kamis malam dia menghubungi lagi. Katanya, WA saya tidak bisa dibuka. Padahal dia akan mengirim foto-foto model produk yang kekinian melalui WA.

Dia meminta agar saya mengirimi kembali nomor kode yang masuk ke SMS saya. Memang saat itu ada nomor enam digit yang masuk ke SMS saya. Tanpa curiga sedikit pun malam itu juga saya mengirimkan nomor enam digit ke dia. Nah......, apa yang terjadi? Sejak saat itulah WA saya tidak aktif lagi. 

Saya sibuk utak atik tapi tetap tidak bisa diaktifkan. Jam menunjukkan angka 24.00, tidak mau pusing. Nonaktifkan HP, simpan lalu tidur. Padahal akibatnya nanti fatal. 

Esoknya Hari Jumat sekira pukul 11.30 Wita, putra saya nelepon dari Bontang (Kaltim) dengan nada bertanya. Perasaan putra saya, baru kali ini ada pesan WA seperti ini, "lagi dmn", tulis pengirim itu.
Saya jawab telepon putra saya, bahwa sejak semalam pukul 23.00 WA saya tidak bisa dibuka, setelah saya chating messenger dengan seseorang. 

Selang beberapa saat, adik saya di Bulukumba menerima pesan WA atas nama saya, minta sejumlah uang. Atas dasar itu, putra saya memastikan jika nomor WA saya telah dikuasai oleh seseorang yang tidak bertanggung jawab. 

Puluhan telepon saya terima, dari teman, keluarga maupun anggota group WA ingin mengklarifikasi kebenaran pesan WA tersebut. (Minta ditransfer sejumlah uang). Yakinlah saya jika nomor WA saya telah dikuasai seseorang. Beberapa teman ingin membantu agar WA saya dapat dipulihkan. Tetapi semua usaha teman itu sia-sia. 

Dalam benak, saya harus bertindak cepat. Agar tidak banyak teman yang jadi korban. Saya buka akun fesbuk, menulis status berisi pengumuman. "Jika ada yang menghubungi lewat WA atas nama saya, meminta apa pun, jangan dilayani.  Karena itu bukan saya, tetapi orang lain yang sengaja menguasai WA saya untuk menipu".

Malam pukul 21.00 seorang teman menghubungi saya untuk ketemu di cafe sebuah hotel di kota saya sejam kemudian. Sejam kemudian saya bertemu dengan Brigpol Jamal Amin dari Unit Resmob Sat Reskrim Polres Parepare. 

Beliau berusaha menenangkan saya. "Tidak usah khawatir, WA bapak akan kembali paling lambat pagi pukul 06.00," begitu kata dia sambil mengutak atik HP saya. Alhamdulillah, sekitar pukul 23.00 Wita, WA saya pulih kembali. Semua itu berkat petunjuk Brigpol Jamal Amin. (**)

17 Apr 2019

Pemilu 2019, Serupa Tapi tak Sama 1977


Suasana pencoblosan di TPS 009, Kel Bumi Harapan.
ALHAMDULILLAH, sebagai warga negara saya telah memberikan suara.  Menyalurkan hak politik saya pada Pemilihan Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 17 April 2019. Apa pun hasilnya, itulah yang terbaik.

Sekitar pukul 10.00 WITA, saya tiba di depan sebuah rumah sebagai lokasi tempat pemungutan suara (TPS) 009, di kota tempat tinggal saya. Sambil duduk menunggu antrean, saya teringat pemilu 1977. Pemilu ketiga di republik ini. Namun saat itu pertama kalinya saya mencoblos.

Ada kemiripan pemilu 1977 dan 2019. Sama-sama mencoblos kertas suara. TPS-nya sama-sama di kolong rumah warga. Bedanya, Pemilu 1977 diikuti hanya 2 partai politik (parpol) dan 1 Golongan Karya (Golkar). Sedangkan Pemilu 2019 diikuti 16 parpol.

Pemilu 2019 disebut lebih kompleks. Sebab memilih calon legislatif (caleg) DPR-RI, DPD, DPRD I, DRPD II dan calon Presiden-Wakil Presiden. Sedangkan pemilu 1977 hanya memilih caleg DPR-RI, DPRD I, dan DPRD II.

Di atas bilik tempat mencoblos ada terpal dibentang menutupi bagian bawah papan lantai rumah. Itu pada pemilu 2019. Sedangkan pemilu 1977, di TPS saya tidak pakai terpal penutup. Kondisi seperti itu rawan ketahuan apa yang dicoblos si pemilih. Sebab, ada saja peluang bagi orang iseng mengintip dari sela-sela papan lantai rumah tersebut.

Pesta demokrasi digelar, Senin, 2 Mei 1977. Setelah mencoblos satu dari tiga tanda gambar, saya kembali ke rumah. Dengan hati lega, Alhamdulillah, telah menyalurkan hak politik saya sebagai warga negara dengan asas Langsung, Umum, BEbas, dan Rahasia (LUBER). (**)


 Parepare, 17 April 2019










21 Mar 2019

Asyiknya Menyusuri Pinggang Bukit Kambo di Palopo


Oleh Syahrir Hakim
Saya bersama istri sedang memandang keindahan alam Palopo.

SORE itu saya berada di Bukit Kambo. Letaknya di sebelah barat Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Obyek wisata ini, banyak dikunjungi wisatawan lokal. Mereka menilai obyek wisata alam ini mampu memanjakan mata pengunjungnya.

Saya kagum ketika memandang Kota Palopo dari atas bukit. Masya Allah, bukit ini diam-diam seolah mengintip hamparan birunya Teluk Bone. Saya tak henti-hentinya berdecak kagum memandang ciptaan Allah SWT.

Kota Palopo sejauh 224 kilometer dari kota saya, Parepare. Sudah lama saya ingin berkunjung di tanah Luwu ini. Baru terwujud beberapa hari yang lalu. Saya bersama puluhan bikers dari berbagai daerah menghadiri deklarasi Honda PCX Club Indonesia (HPCI) Chapter Palopo. Club bikers di kota itu.

Hanya City Rolling sebagai rangkaian acara deklarasi itu yang saya ikuti. Selebihnya, saya dan istri dipandu kemenakan keliling Kota Palopo. Ingin menikmati keindahan kota itu. Lalu ke Bukit Kambo. Hanya 15 menit dari Hotel Liras di Jalan Pattimura, tempat saya menginap, hingga tiba di tujuan.

Mengendarai motor Honda PCX 150 nomor polisi DP 2147 MC, terasa asyik menyusuri pinggang Bukit Kambo. Melalui jalan beraspal yang lumayan mulus, menanjak dan berkelok-kelok.

Terasa ban belakang motor saya belum sempat lepas dari tikungan, ban depan sudah masuk lagi tikungan berikutnya. Begitu seterusnya, entah berapa kelokan dilalui, sampailah kami bertiga di depan sebuah warung.

Saya menyaksikan sejumlah mobil mewah diparkir di pinggir jalan dekat dinding bukit. Para pemilik mobil itu, tampak sedang menyeruput sarabba panas sambil menatap jauh ke arah bawah.

Di antara mereka ada yang mengambil gambar dengan ponselnya. Ada yang Selfi. Ada pula mengintip pemandangan melalui teropong (keker) yang disediakan pemilik warung.

Saya singgah di salah satu warung yang berderet di sepanjang lereng Bukit Kambo. Di warung ini kami disuguhi pemandangan yang eksotis. Di lereng Bukit Kambo saya menyaksikan indahnya alam ciptaan Allah SWT dalam kondisi udara yang dingin.

Sinar matahari tampak perlahan-lahan ditelan ufuk barat. Udara semakin dingin seolah menyelimuti tubuh saya. Namun tubuh kembali hangat setelah menyeruput sekali dua kali sarabba panas. Sarabba adalah minuman segar yang terbuat dari bahan jahe, gula merah, dan santan. Mirip bandrek atau sekuteng di Jawa.

Hanya setengah jam di warung itu terdengarlah lantunan ayat suci Alquran dari menara masjid. Pertanda sesaat lagi waktu Magrib tiba. Kami pun bertiga beranjak dari warung itu. Meninggalkan Bukit Kambo. Saya mengendalikan motor dengan ekstra hati-hati.

Sebab, jalanan yang berkelok-kelok itu menurun. Terasa lebih ekstrem ketika menyusuri tanjakan. Tak terasa kami tiba di Latuppa. Salah satu Obyek wisata alam. Tak jauh dari Bukit Kambo. Setelah salat Magrib, kami pun menikmati manis dan gurihnya durian Palopo. Itulah secuil pengalaman yang saya nikmati di Bukit Kambo Kota Palopo. (*)


Parepare, 21 Maret 2019