10 Nov 2014

Semangat di Balik Usia Renta


Oleh: Syahrir Hakim

Perempuan itu, warga keturunan Tionghoa. Saya tidak tahu persis namanya. Guratan di raut wajahnya, menandai jika usianya sekitar 80-an tahun. Rambutnya pendek di atas bahu tak tersisir rapi. Langkahnya pun mulai tertatih-tatih. Seolah tak sanggup lagi menempuh rute yang setiap hari dijalaninya selama 30-an tahun.

Tangan kirinya menjinjing kantong kresek warna hitam berukuran besar. Entah apa sisinya. Lengan kanan mengepit wadah berisi bakpao. Setiap sore hingga malam menyusuri jalan menjajakan bakpao. Langganannya tidak terbatas kalangan etnis Tionghoa. Penganan ini sudah tak asing lagi bagi lidah masyarakat Parepare

Dia mengambil titipan bakpao dari salah satu warung di kawasan Jalan Sultan Hasanuddin. Dijajakan keliling hingga malam hari. Paling banter 30 biji, dijual Rp5.000 per biji. Jika terjual habis, perempuan itu membawa pulang Rp30.000 sebagai uang jasa penjualan. "Dulu saya bisa jual sampai 70 biji. Sekarang tidak kuat lagi jalan," tuturnya sambil mengurut-ngurut betisnya ketika saya temui menunggu ojek di sekitar patung Bau Massepe, Senggol, beberapa hari lalu.

Lain lagi lelaki gaek yang satu ini. Usianya yang kian senja, seolah tak mampu lagi menegakkan tubuhnya. Sambil membungkuk, seolah "memaksa" dirinya mendorong becak tak bertenda. Setiap hari menyusuri Jalan Agussalim memutar ke Jalan Bau Massepe hingga ke Cappa Galung. Memungut plastik bekas.

Mengais-ngais plastik di antara onggokan sampah. Melihat gelas dan botol plastik bekas di tempat sampah, mata tuanya berbinar. Becaknya jadi wadah benda-benda itu. Kemasan plastik bekas baginya bernilai rupiah. Berbagai jenis plastik bekas dijual ke pedagang pengumpul. Sekedar penyambung kelangsungan hidup bersama keluarganya.

Lelaki dan perempuan renta itu hanya potret segelintir kehidupan di seputar kita. Masih banyak manusia renta lainnya yang menjalani kehidupan dengan segala keterbatasannya. Setiap hari berjuang mengais rezeki agar dapurnya tetap berasap. Tak peduli hasilnya yang tidak seberapa, namun ia tetap syukuri rezeki halal itu.

Usia senja baginya bukan halangan mengais rezeki. Semangat dan kerja keras mengiringi kesehariannya. Bukan menadahkan telapak tangan menunggu belas kasihan orang lain. Apalagi mengambil sesuatu yang bukan haknya. Namun, mereka tidak pernah tahu bagaimana, agar nasibnya diperhatikan oleh pemerintah. Meski itu salah satu tanggung jawab pemerintah yang diamanatkan oleh undang-undang. (**)

0 komentar:

Posting Komentar