25 Nov 2014

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula


Oleh Syahrir Hakim

Hujan sesekali menyiram bumi. Beberapa tempat mulai becek. Selokan pun dikeruk, antisipasi luapan air jika hujan deras. Limpahan rahmat berupa hujan yang sudah lama dinanti-nanti, datang juga. Herannya, dalam kondisi seperti ini, sebagian pelanggan PDAM masih mengeluh soal air.

Kran ledeng mereka kadang meneteskan air, kadang tidak. Nada protes bermunculan. Kata mereka, air di tempatnya sehari mengalir, seminggu ngadat. Tetapi mengapa di sekitar tempat tinggalnya, ada kran yang tak pernah berhenti mengalirkan air? Masalah!

Sejak kemarau melanda negeri ini, debit air Sungai Karajae sebagai sumber baku terus berkurang. Meski sudah ada hujan beberapa hari ini, belum membantu bertambahnya debit sumber air tersebut. Itulah sebabnya, masih ada pelanggan yang hampir tiga bulan ini masih menikmati hidup-matinya air PDAM.

Sebagian pelanggan memaklumi kondisi ini, termasuk La Oegi. Malah selama kemarau, dia seolah tidak peduli lagi. Mau air mengalir atau tidak. Untuk kebutuhan rumah tangganya, cukup memesan dengan sistem terima di tempat. Tujuh puluh ribu rupiah satu tandon berisi air satu kubik. "Gitu aja koq repot," kata La Oegi meminjam istilah almarhum Gusdur.

Selama kemarau panjang, banyak pelanggan yang merasa amat sangat dirugikan. Mengapa? Setiap malam mereka membuka kran ledeng. Berharap air akan mengalir di malam hari. Namun, hingga jelang pagi air tak kunjung menetes.

Menurut petinggi PDAM, jika kran terbuka, jarum meteran akan berputar terus, meski air tidak mengalir. Banyak di antara pelanggan yang kurang paham masalah ini. Membiarkan kran tetap terbuka. Akibatnya, tagihan melonjak. Masalah lagi!

La Oegi tak ambil pusing. Paham dan maklum masalah ini. Tapi, lain ceritanya jika posisi angka pemakaian air yang tertera dalam rekening jauh lebih tinggi daripada angka di meteran itu sendiri. Ini baru masalah yang kurang "dipahami" apalagi untuk "dimaklumi". Mengapa bisa demikian? Seolah-olah petugas pencatat kurang serius melaksanakan tugas, pelanggan kena imbas. Lagi-lagi masalah!

La Oegi tak ingin melakukan pembiaran penumpukan masalah. Kata dia, masalah yang menimpa pelanggan PDAM sudah bertubi-tubi. "Ibarat kata pepatah Sudah Jatuh Tertimpa Tangga Pula," ujarnya sambil berlalu untuk menyelesaikan masalahnya di kantor PDAM. (**)

0 komentar:

Posting Komentar