11 Jan 2016

Setetes Keluhan dari Keran Air


Oleh Syahrir Hakim

Pelayanan PDAM di Negeri Antah Berantah kini berbuah keluhan. Kian hari, gelombang keluhan semakin menjadi-jadi. Masih soal sulitnya mendapatkan air bersih bagi sebagian warga. Minimnya ketersediaan sumber air baku PDAM di musim kemarau. Lebih parah lagi, di musim hujan. Tingkat kekeruhan air sulit diatasi, sehingga menghambat proses pengolahan.

Terkadang kita mendengar ibu-ibu yang lagi belanja kebutuhan dapur, saling bertanya soal air. "Mengalir ji air ta semalam?". Ibu yang ditanya pun spontan menggelengkan kepala sambil menggerakkan bahunya, "Biar sedikit tidak ada yang menetes dari keran."

Terkait minimnya tetesan air dari keran, wakil rakyat Komisi III di Antah Berantah mengundang petinggi pihak PDAM untuk sebuah pertemuan. Tujuannya, mencari solusi agar tidak terdengar lagi keluhan dan protes soal air bersih. "Masyarakat tidak mau tahu, pokoknya air harus mengalir setiap saat. Ini adalah pelayanan dasar kepada masyarakat," kata legislator itu.

Di kesempatan itu, legislator menyarankan agar PDAM membentuk bagian hubungan masyarakat (Humas). Tujuannya, untuk melayani informasi soal perusahaan daerah yang menangani urusan air bersih ke masyarakat. Selain itu, Humas berfungsi menyampaikan penjelasan atas keluhan maupun protes dari warga.

Merekrut tenaga Bagian Humas, sah-sah saja. Namun, menurut La Oegi dalam kondisi sekarang ini, yang dibutuhkan warga hanya eksyen di lapangan, sehingga air mengalir dari keran setiap saat. "Masyarakat menginginkan air tetap mengalir. Meski tarif sudah dinaikkan, tidak jadi masalah asal diiringi peningkatan pelayanan," La Oegi menanggapi.

Lagi-lagi, wakil rakyat itu menyarankan PDAM melakukan studi banding ke Bali. Alasannya, kondisi sumber air baku di sana hampir sama dengan ketersediaan air baku di negerinya La Oegi. Tapi, karena dikelola dengan baik, sehingga hampir tak terdengar keluhan soal distribusi air di Bali.

Meski mendapat saran seperti itu, La Oegi berharap, agar pihak PDAM tidak serta merta berangkat meninggalkan pelanggannya studi banding sambil "plesiran" ke Bali. Apalagi studi banding itu akan menguras anggaran. "Benahi dulu distribusi air, hingga tidak muncul lagi keluhan. Jika semua keran pelanggan sudah mengeluarkan air dengan lancar, sekali-sekali bolehlah plesiran," canda La Oegi.

Meski dihadapkan berbagai masalah, namun PDAM menyatakan kesiapannya melakukan perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, teriakan, keluhan maupun kekhawatiran akan sulitnya air bersih di negeri ini tidak akan pernah terdengar lagi.

Seiring komitmen wali negeri ini, bahwa persoalan air bersih di negerinya harus rampung 2017. Jika mampu diwujudkan, Negeri Antah Berantah tak hanya memenuhi kebutuhan air bersih masyarakatnya, tetapi juga bisa surplus air bersih. Permisi, La Oegi numpang lewat. (**)


Tulisan ini sudah dimuat di Kolom "Numpang Lewat" Harian PARE POS edisi Selasa, 12 Januari 2016 Halaman 3 (Metro Pare).

0 komentar:

Posting Komentar