20 Mar 2016

Gara-gara Antraks Mendadak Jadi 'Jurkam'


Oleh Syahrir Hakim

SEPERTI biasa, La Oegi masuk ke warung kopi (warkop) dengan ucapan assalamu alaikum yang fasih dan jelas. Beberapa pelanggan warkop menjawab salam tersebut. Sebagian hanya sekadar mengangkat kepala memandang sekilas. Apakah mereka menjawab salam dalam hati atau tidak. Entahlah, hanya mereka dan Allah SWT yang tahu.

La Oegi langsung menuju meja paling pojok. Di sana sudah ada sohibnya duduk manis sambil mengisap dalam-dalam kreteknya. Di atas meja terletak secangkir kopi. Ada bungkusan rokok kretek entah berapa batang isinya, korek api gas, dan asbak. Setelah merapatkan pantatnya di kursi, La Oegi memesan teh susu dan roti bakar kepada pelayan warkop.

Sambil berbincang dengan sohibnya, sesekali La Oegi menyeruput tehnya di tatakan cangkir. Fokus perbincangan soal sohibnya yang mendadak jadi 'jurkam'. Siapa pula yang mengajaknya menjadi 'jurkam'. Padahal pemilihan wali negeri (Pilwari) maupun pemilihan anggota legislatif (Pileg) di Antah Berantah masih dua tahun lagi.

Di tengah beredarnya isu itu dirinya menanggapi dingin. Malah dia mengaku jika tidak ada parpol yang mau menerimanya jadi anggota. Apalagi jadi jurkam. "Saya kan orangnya sulit berbohong. Kekurangan saya tidak bisa pidato. Sedangkan jurkam itu, orator dan sedikit bisa bohong," ujar sohibnya.

La Oegi menimpali, isi kampanye biasanya lebih banyak janji belaka. Menyindir dan mengejek lawan politik. Lawan sudah dianggap musuh. “Apakah lawan dan musuh itu berbeda?” tanya sohibnya. “Ya beda lah, bro. Coba lihat pertandingan olahraga. Kita bisa bertanding kalau ada lawan. Tetapi jika pertandingan sudah kacau balau, justru yang muncul musuh-musuhan,” jelas La Oegi.

Kembali ke pokok masalah. Keseharian sohib La Oegi itu sebagai juragan daging sapi di pasar semi modern. Maraknya berita di media tentang wabah antraks yang menyerang hewan sapi di daerah tetangga, sehingga dia menghentikan aktivitasnya. Sambil menunggu adanya jaminan hewan sapi bebas antraks, sohib La Oegi itu mengalihkan aktivitasnya untuk sementara menjadi juragan kambing alias 'Jurkam'. "Bukan juru kampanye atau jurkam parpol," ungkap La Oegi.

Belakangan sohib La Oegi bersama kawan-kawan senasib bernapas lega. Dinas terkait menyatakan, daging sapi di negeri Antah Berantah layak konsumsi atau tidak terinveksi wabah antraks. Meski demikian, aparat terkait diminta untuk tetap melakukan pengawasan terhadap daging yang akan dikonsumsi masyarakat.

La Oegi juga berharap kepada dinas terkait agar memberikan perlindungan terhadap peternak sapi dan masyarakat. Maksimalkan pencegahan dengan langkah yang antisipatif. Sebab antraks tidak lagi menyerang ternak sapi, tapi juga rawan terhadap manusia. Permisi, La Oegi numpang lewat. (**)


Tulisan ini sudah dimuat dalam Kolom Numpang Lewat Syahrir Hakim di Harian PARE POS edisi Senin, 21 Maret 2016

0 komentar:

Posting Komentar