10 Mei 2015

Harmonisasi Ala Habibie


Oleh Syahrir Hakim

Insya Allah, hari ini Senin, 11 Mei 201, Presiden ke 3 RI Prof DR (HC) Ing Dr Sc Mult Bacharuddin Jusuf Habibie atau lebih dikenal BJ Habibie kembali menginjakkan kaki di kota kelahirannya, Parepare. Sejumlah kegiatan akan menyita waktu bagi seorang warga kehormatan kota ini. Salah satunya yang sudah "menunggu" beliau, monumen Cinta Sejati Habibie-Ainun untuk diresmikan dan peletakan batu pertama Balai Habibie-Ainun.

Patung yang terbuat dari perunggu setinggi kurang lebih 4 meter itu, merupakan simbol cinta dan kesetiaan Habibie terhadap istrinya, Ainun. Gambaran kecintaan kepada istrinya dapat dilihat pada ungkapan hati Habibie. Ungkapan itu dituliskan pada acara peletakan batu pertama patung Cinta Sejati Habibie-Ainun di Lapangan Andi Makkasau, Kamis, 28 Agustus tahun lalu. Habibie menulis begini, "Tak perlu seseorang sempurna, cukup menemukan seseorang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun”.

Pak Habibie dan Ibu Ainun, berhasil membuktikan kepada dunia bahwa cinta sejati itu tak pernah luntur. Dalam sebuah website di internet saya temukan pesan Habibie bahwa, "Cinta sejati itu tak pernah berakhir. Cinta sejati itu tetap mempesona karena cinta sejati itu tidak akan sirna oleh hancurnya raga, dan cinta sejati itu memberi semangat hidup". Bukti cinta sejati Habibie-Ainun itu ditancapkan dalam bentuk sebuah momunen.

Patung Cinta Sejati ini merupakan bangunan monumental yang akan bercerita tentang kisah cinta Habibie-Ainun pada generasi mendatang. Monumen itu merupakan simbol harmonisasi keabadian cinta dan kasih bagi generasi mendatang. Semoga keberadaan monumen ini dapat menjadi inspirator harmonisasi bagi semua kalangan. Hingga tercipta kehidupan yang lebih baik, aman, tertib, dan damai di tengah–tengah masyarakat.

Harmonisasi dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), adalah upaya mencari keserasian antara irama dan gerak. Harmonisasi jika diterjemahkan lebih jauh dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya ditujukan bagi pasangan hidup. Tetapi lebih meluas di lingkungan masyarakat, di dalam lingkungan tempat kerja, bahkan di dalam pemerintahan pun keharmonisan harus tetap terpelihara dengan baik.

Saat menyaksikan pemasangan patung di salah satu sudut lapangan Andi Makkasau, La Oegi tak henti-hentinya ngoceh soal harmonisasi. Baik harmonisasi dalam rumah tangga maupun dalam pemerintahan. "Keharmonisan dalam pemerintahan akan sangat mempengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Keharmonisan merupakan ciri-ciri pemerintahan yang fokus memikirkan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Bukan memikirkan kelompok masing-masing," begitu La Oegi ngoceh dengan orang-orang di sekitarnya.

Meskipun sempat ngoceh, tetapi La Oegi memuji kinerja aparatur pemerintah di kotanya. Dia mencontohkan kedua pejabat pengambil kebijakan, satu ahli di bidang hukum dan yang satu lagi ahli di bidang pemerintahan. Menurut penilaian La Oegi, keduanya saling memupuk kekompakan dalam memutar roda pemerintahan dengan elok.

Bak sebuah pertunjukan orkestra, keserasian antara irama dan gerak akan menghasilkan simponi yang indah. Buah-buah pikiran dari visi misi keduanya menghasilkan karya yang dapat dirasakan masyarakat. Meski tak dapat disangkal, munculnya riak-riak mirip air laut Teluk Pare. Namun, tidak membuat oleng sebuah kapal, hingga sandar di dermaga pelabuhan Nusantara Parepare.

La Oegi pun menyambut keberadaan monumen Cinta Sejati Habibie-Ainun yang ditata rapi di salah satu sudut alun-alun Andi Makkasau, Parepare. Sangatlah tepat, untuk mengingatkan kita maupun generasi mendatang akan arti dan nilai-nilai sebuah harmonisasi, kapan dan di mana pun kita berada.

Meski berstatus rakyat jelata, La Oegi tetap mengingatkan semua kalangan agar monumen ini dipelihara dengan baik. Tidak seperti nasib monumen Korban 40.000 Jiwa Rakyat Sulsel di depan Masjid Raya, Parepare yang kini "dihuni" pedagang kaki lima. "Jika harmonisasi sudah sirna ditelan konsepsi individu dan nasib monumen Korban 40.000 Jiwa tidak mendapatkan kepedulian, apa kata dunia!" ujar La Oegi sambil berlalu di tengah keramaian. (**)

0 komentar:

Posting Komentar